Laman

Rabu, 09 Februari 2011

Anggota DPR: Emosi, Hal yang Manusiawi

Foto: KOMPAS
Pada tanggal 16 Maret 2005, dalam rapat paripurna DPR RI yang membahas kenaikan harga BBM akhirnya ricuh, mengalami kekacauan dan terjadi aksi saling dorong sehingga suasana tidak bisa dikendalikan. Rapat paripurna yang dipimpin Ketua DPR Agung Laksono, nyaris menjadi arena adu jotos. Saling tarik-menarik tangan anggota DPR juga mewarnai suasana kericuhan. Dua anggota DPR, terjatuh, ketika terjadi kericuhan di depan pimpinan sidang. Gatra.Com - Anggota DPR Nyaris Adu Jotos.
Empat tahun kemudian di gedung yang sama, dua angota DPR yang terhormat berhadap-hadapan saling berteriak dan hampir terjadi insiden adu jotos dalam rapat kerja Komisi I DPR dengan Menteri Pertahanan (Menhan) yang membahas RUU Rahasia Negara di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, 16 September 2009.

Beberapa bulan kemudian dari insiden terakhir ini, masih di gedung yang sama, pada Rabu, 06 Januari 2010 dalam Rapat Panitia Angket kasus Bank Century yang memeriksa Mantan Deputi Gubernur Bank Indonesia Maman H. Soemantri dan Maulana Ibrahim serta Mantan Direktur Pengawasan Bank I Bank Indonesia, Rusli Simanjuntak, terjadi lagi insiden.

Adu mulut antara pimpinan Panitia Angket, Gayus Lumbuun, dan anggota Panitia Angket, Ruhut Sitompul. Berikut petikan yang dikutip dari Tempo Interaktif yang dilaporkan oleh AGOENG WIJAYA dan AMIRULLAH. “Saya pimpinan rapat, bukan kau,” kata Gayus. “Eh siapa bilang, kita Anggota Panitia Angket berdiri sama tinggi, duduk sama rendah. Bicara sama kodok, ” balas Ruhut.
“Kata siapa tinggiku sama kau, kau yang sopan,” balas Gayus lagi disambut tawa meriah anggota Panitia Angket dan wartawan yang memadati balkon atas ruang pemeriksaan. “Sayang saya pimpinan rapat ini. Kalau tidak saya usulkan kepada pimpinan agar kau dikeluarkan karena selalu menggangu rapat,” Gayus melanjutkan.

Tak terima, Ruhut merebut lagi pengeras suara yang sebelumnya sempat dimatikan koleganya di Partai Demokrat, Achsanul Qosasih. “Kau yang bicara sopan, Kau yang diam, bangsat. Ngaca dong, ngaca,” kata Ruhut dengan muka yang mulai memerah.
“Oke jangan di sini. Nanti di luar,” kata Gayus. Adu mulut pun mereda diakhiri pertanyaan Gayus kepada pemeriksa lainnya. “Sampai di mana kita, jadi lupa saya. Suara siapa tadi?” Tak ada yang menjawab. “Kalau begitu berarti suara setan tadi,” ujar Profesor Administrasi Negara tersebut.
Petikan berita di atas merupakan beberapa contoh insiden sebagai akibat luapan emosi dari sebagian orang yang tidak dapat dibendung lagi.

Tidak banyak orang atau kelompok orang atau bahkan mungkin bangsa yang mampu menahan emosi saat berada dalam situasi di bawah tekanan dominasi pihak lain.
Tekanan dominasi seseorang sebenarnya bertujuan memenangkan persengketaan menurut arah pemikirannya sendiri dan yang dianggapnya paling benar, atas dasar argumentasi yang menurutnya paling kuat. Dengan anggapan itu seseorang atau kelompok yang mendominasi akan mempersempit ruang diplomasi ataupun negosiasi dengan pihak yang berhadapan.

Jika sikap dominasi ini semakin nampak terang-terangan, atau semakin meninggalkan ruang diplomasi dan negoisiasi, maka pihak yang berhadapan akan merasa berada pada posisi yang terdesak dengan argumentasi yang melemah, yang belum tentu karena isinya tetapi lebih karena tekanan.
Dalam situasi ini bisa terjadi beberapa kemungkinan dengan tahapan sebagai berikut:
  1. Bisa terjadi kedua belah pihak akan diam untuk masa tenang
  2. Atau salah satu langsung diam dan mundur
  3. Seringkali pihak yang terdesak menaikkan tingkat dominasinya, ini adalah awal emosi mulai naik kepermukaan
  4. Jika demikian, adu argumentasi dengan tingkat dominasi serta iklim emosi tinggi, kedua-duanya saling berbicara tetapi tidak saling mendengarkan
  5. Selanjutnya kemungkinan besar yang terjadi adalah kontak fisik untuk memaksa pihak yang berhadapan mendengarkan
  6. Jika kontak fisik terjadi maka dapat menimbulkan kebuntuan solusi jika tidak ada pihak ketiga yang menengahi
Berikut tips untuk menekan emosi atau menjaga ketenangan dalam forum diskusi:
  1. Persiapkan dengan baik materi diskusi
  2. Selalu menyertakan referensi dalam berdefinisi atau berteori
  3. Tunjukkan sikap respek pada setiap individu yang ada dalam forum tersebut
  4. Gunakan waktu yang diberikan seefisien mungkin dalam menyampaikan argumentasi, gunakan kalimat yang singkat, padat dan jelas
  5. Usahakan sebaik mungkin untuk tidak memotong argumentasi orang lain
  6. Hindari sikap mendominasi diskusi
  7. Hindari perulangan bagian subjek yang telah dibahas
  8. Jaga intonasi suara untuk tetap tenang dalam setiap penyampaian argumen ataupun pertanyaan
  9. Usahakan tidak menunjuk pihak yang berhadapan saat menyampaikan argumentasi dalam arti merendahkan martabatnya
  10. Pujilah pihak yang berhadapan pada kesempatan yang memungkinkan
  11. Dalam situasi gaduh, tulislah apa yang anda ingin agar pihak yang berhadapan mendengarkan, beri kesempatan dia membacanya
  12. Ambillah peran penengah jika terjadi perdebatan yang semakin sengit
  13. Akhiri diskusi dengan perasaan damai
Semoga dengan tips sederhana ini, insiden sesama rekan atau pihak yang berhadapan dapat dihindari, dengan demikian kehidupan sosial pun dapat dipertahankan dan menjadi lebih baik dampaknya ke masyarakat luas.

Rabu, 02 Februari 2011

Komisi Tiga Si Macan Ompong

Foto: KOMPAS
Indonesia kita memang unik. Ada banyak peristiwa unik yang membuat warna Indonesia melebihi pelangi. Kelebihan warna bukan menjadi lebih indah tapi justru membuat Indonesia tampak semakin gelap. Kemungkinan hanya terjadi di Indonesia dimana ada terdakwa korupsi 19 miliar rupiah yang dilantik di penjara sebagai pejabat Walikota. Kemungkinan juga hanya ada di Indonesia dimana 19 politisi dari beberapa partai yang masing-masing disogok 500 juta rupiah, semuanya lantas diseret ke penjara. Dipastikan hanya ada di Indonesia yang petinggi masing-masing agama berkomplot kemudian menuduh presidennya bohong. Satu lagi yang pasti juga hanya ada di Indonesia adalah ketua PSSI yang napi, tetap menjalankan tugas dari penjara, keluar penjara masih menjabat ketua PSSI, didemo turun pun tidak mempan, akhirnya diyakini kalau dia memiliki ilmu kebal (malu dan sebagainya).

Untuik warna-warna lain yang hanya terjadi di Indonesia, saya yakin anda pun mampu menyebutkannya. Mulai dari penghuni lapas yang bisa pelesiran, punya sel penjara yang seperti hotel, sampai dengan mafia pajak dan mafia hukum yang sangat membuat kita sendiri, apalagi para turis manca negara ikut berdecak kagum. Warna-warna ini menjadi semakin serampangan dengan ramainya intrik-intrik politik berupa tayangan realitas berbentuk konspirasi oleh kelompok-kelompok di jajaran legislatif, eksekutif dan penegak hukum.
Kata konspirasi memang sangat kental dengan perjalanan sejarah bangsa ini. Sejak jaman dulu sudah dikenal melalui kisah Ken Arok yang berkonspirasi dengan Empu Gandring untuk membunuh Tunggul Ametung. Di masa penjajahan Belanda pun demikian. Untuk menghajar satu kerajaan yang tidak mau tunduk, Belanda berkonspirasi dengan kerajaan lain untuk menghancurkannya. Jadi tidak heran jika pada tingkat tertentu pejabat teras memang  lihai dalam berkonspirasi. Menggelitik juga untuk dipertanyakan, apakah bentuk-bentuk konspirasi ini memang dipelajari juga di LEMHANAS saat mempersiapkan pejabat teras ini sebelum menjabat pucuk pimpinan pemerintahan.

Kisah Bibit-Chandra yang kasus hukumnya digantungkan, diduga banyak orang merupakan hasil konspirasi untuk melemahkan KPK. Lagi-lagi menjadi sebuah konspirasi di Komisi III, selain Demokrat, PKB dan PAN yang tidak masalah dengan kehadiran Bibit-Chandra, partai-partai lain seperti Golkar, Gerindra, PDIP dan sebagainya, menolak kehadiran mereka berdua dalam rapat dengar pendapat DPR dan KPK. Dengan alasan status hukum mereka yang belum jelas. Diduga ini merupakan sikap balas dendam atas 19 rekan mereka yang diseret ke penjara karena kasus kasus penyuapan.

Jika Busyro mengatakan ketua KPK ada 5 dan semuanya harus hadir saat rapat dengan DPR, sampai kapan Bibit-Chandra akan tetap diusir dan rapat terus ditunda? Kelakuan Komisi III ini kelakuan macan ompong yang toh akhirnya tidak bisa berbuat apa-apa juga. Ingatlah baik-baik jika anda semua itu dibayar menggunakan uang dari pajak rakyat. Jadi bekerjalah dengan benar, arif dan bijaksana. Bersikap wajar-wajar sajalah, jangan mengada-ada, tidak usah over acting, jika tidak diperlukan. Sikap over acting itu semakin menambah warna saja, itu akan membuat semakin gelap wajah Indonesia.

Kalau rakyat bilang hanya KPK yang menjadi harapan untuk penegakkan hukum, ya kalian DPR harusnya sependapat dengan kemauan rakyat. Jangan seenaknya mau buat rel sendiri hanya karena solideritas dengan teman sejawat se partai yang terkait masalah hukum yang terbukti oleh KPK di penjarakan… Jika memang tidak murni niatnya untuk membela rakyat, sebaiknya yah turun atau mengundurkan diri saja kalian.